Bajawa Flores

Sebetulnya saya ingin merangkum hasil jelajah Depok Lama yang merupakan perjalanan pertama bersama @jktgoodguide 


Selain lokasinya yang dekat, meski tumbuh dan menghabiskan puluhan tahun di Depok masih banyak area yang penuh rahasia atau hanya sekelumit diketahui. Tapi, ada banyak sekali cerita di balik berdirinya kota satelit yang dibilang ajaib ini. Jadi, saya mulai dari pemberhentian terakhir kami ya.





Kopi Bajawa Flores, nama kafe yang “mendunia maya” dan beberapa kali video keriaan di sini sliweran di FYP. Saya tidak terlalu paham, apakah mereka benar-benar mencari kopi atau sekadar tempat membuang lelah. Saya pun tidak akan membuat ulasan seperti narablog video karena bukan ahli kopi ataupun kuliner.


Sejarah di balik tempat ini buat saya lebih menarik ketimbang sajian hiburan musik hidup yang jadi magnet bagi kebanyakan pengunjung generasi Z. Desain kursi yang unik seperti stadion, sudah menuturkan asal usulnya. Ya, Bajawa dahulu adalah sebuah bioskop bernama Elsandra.


Nama ini samar-samar menguar dalam ingatan masa kecil, saat itu saya merasa lingkup tinggal sangat terbatas seputar rumah-sekolah-lingkaran rumah teman bermain yang bisa dijangkau dengan berjalan kaki. Nama bioskop Elsandra atau Sandra kerap digaungkan kakak-kakak saya generasi 80an tanpa pernah saya hampiri.


Elsandra sempat menjadi idola semasa era bioskop tanpa atap atau misbar (gerimis bubar). Seperti pita seluloid film usang, ia pun tergilas jaman saat bisnis kaset video menguasai pasar hiburan Indonesia. 


Elsandra lalu bertransformasi menjadi DCB atau Depok City Blessing, sebuah gereja. 


Sejak tidak lagi digunakan sebagai tempat beribadah, DCB sempat kosong tanpa kegiatan sebelum akhirnya menjadi Kopi Bajawa Flores ini. 


Tiga jaman, tiga fungsi yang berbeda. Menarik ya 😉



Hari ketiga rangkaian 30 hari bercerita

Share on Google Plus

About e-no si nagacentil

Cerdas, ceriaa, centil
    Blogger Comment

0 comments: