Bubur Ayam

Kalo makan harus dihabisin nanti nasinya nangis loh..

Masih ingat nasihat ibu waktu kecil setiap makan. Saat itu saya yang memang selalu menganggap semua bernyawa dan berjiwa, ngebayangin di malam hari ketika piring-piring dengan sisa makanan menumpuk di dapur mereka akan melantunkan tangisan berbarengan 😭


Bertahun-tahun kemudian, sepertinya sayalah yang nangis bahagia ketika akhirnya menemukan nasi, iya nasi, sebagai sajian makan keluarga 🥹


“Asyik nasi!” 


Ada masanya kami dalam fase keuangan sangat sulit sehingga untuk membeli beras pun berat. Apalagi, perut yang harus diisi juga banyak: cukup buat membentu dua tim basket 3 on 3 plus wasit dan satu penonton. 


Perkara lauk dan sayur sih bukan masalah karena ada lahan yang diberdayakan sebagai kebun kecil untuk tanaman pangan. Ibu saya termasuk bertangan dingin: tumbuhan seperti bernyawa disentuhnya. 





Supaya hemat, ibu lantas mengolah beras yang tak banyak itu menjadi bubur. Dengan tekstur lebih cair tapi tetap mengandung energi. Berhari-hari kami menelan bubur yang kadang diramu jadi ala ala tinotuan supaya lebih irit tapi kebutuhan gizi tetap terpenuhi. Dan, ketika akhirnya kami berhasil makan nasi lagi bukan main bahagia dan bersyukurnya 🥰


Barangkali karena tau sulitnya mengupayakan kebutuhan mendasar pangan, sebisa mungkin saya selalu menghabiskan makanan apalagi ketika makan di resto atau warung. Teman-teman yang sering jalan bareng pasti sudah hapal kelakuan saya yang sering jadi tukang bungkus-bungkus “sisa” makanan demi menghindari kemubaziran 🤭


Belakangan, kebiasaan itu bukan lagi sebatas gak mau membuat nasi menangis, tapi menyadari bahwa food waste terutama dari makanan sisa adalah penyumbang potensi ledakan TPA alias penampungan sampah. Sedihnya lagi, Indonesia ada di urutan kedua penghasil limbah makanan ini.


Mau peduli lingkungan, ajaran agama (buang-buang makanan itu mubazir) atau paham bahwa untuk menghasilkan seporsi nasi ada usaha para petani (juga peternak dan nelayan) rasanya memang sudah seharusnya kita kurangi limbah makanan. Dimulai dari kesadaran ambil secukupnya kalau di prasmanan, dan jangan sungkan bawa pulang jika porsinya dirasa terlalu besar. Bisa kan?


Hari ke-16 rangkaian 30 hari bercerita 


Share on Google Plus

About e-no si nagacentil

Cerdas, ceriaa, centil
    Blogger Comment

0 comments: