30 Days Zero Waste Challenge

Tiga puluh hari pertama di bulan Januari 2024 saya menantang diri sendiri untuk mengikuti #30haribercerita sekaligus #30dayszerowastechallenge 


Teman-teman dekat pasti sudah paham kebiasaan saya yang selalu membawa tas besar macam kantung ajaib Doraemon atau Pak Janggut bagi generasi majalah Bobo lawas. Salah satu isian wajib dalam tas adalah perangkat makan guna ulang. Sebagai tukang jajan, saya sadar apa imbas yang timbul dari kebiasaan ini. Bukan ke berat badan ya tapi pada lingkungan 🤭


Jaman dulu, setiap jajan apapun di pedagang keliling kita terbiasa buat membawa wadah sendiri. Kebiasaan ini perlahan redup bersama alasan kepraktisan. Pedagang pun memfasilitasi dengan menyediakan kemasan sekali pakai, sekilas terlihat modern.


Buat saya ini kemunduran. Pernah kepikiran gak gimana nasib kemasan tersebut bermuara? Tentu tidak perlu dipikirin. Lha wong yang ngerasain efeknya bukan kita kan? Yang penting sudah diangkut tukang (kumpul) sampah. Beres! 


Padahal, kemasan yang sebagian besar berbasis plastik (bahkan ada yang styrofoam) itu hanya akan menumpuk membentuk gunung yang entah kapan akan lebur jika tidak dimusnahkan dengan api. Atau, sebagian lagi berakhir di lautan sebagai polutan: menjerat biota penghuninya.


Reduce dan reuse, dua formula yang seharusnya bisa mencegah gunung limbah dan polutan lautan. Tak ada alasan ribet seharusnya, karena semakin banyak produk pakai ulang yang diciptakan dengan kepraktisan: bisa dilipat sehingga nggak makan tempat.


Ini juga alasan kenapa saya jarang menggunakan layanan pesan antar, lebih suka datang langsung ke toko supaya bisa pakai wadah sendiri. 


Kalau tahun lalu masih banyak celah yang bisa menambah beban bumi, tahun ini coba ucapkan yuk bisa yuk dan terapkan ya.


Hari kelima rangkaian 30 hari bercerita

Share on Google Plus

About e-no si nagacentil

Cerdas, ceriaa, centil
    Blogger Comment

0 comments: