Di tengah kondisi yang serba hah-hoh, kedatangan Jumbo sebagai sebuah film animasi untuk anak ibarat oase dan angin segar yang membuat saya langsung berujar "waaaaah" (dengan mata berbinar).
Jumbo berkisah tentang seorang anak yatim piatu bernama Don, yang memiliki tubuh besar dibandingkan teman sebayanya. Dari sini julukan "jumbo" berasal. Dan, seperti kebanyakan orang dengan bentuk tubuh nggak sesuai standar industri kecantikan, tentu saja Don menjadi bahan olok-olok Atta, yang dicitrakan sebagai "anak bandel".
Cerita Jumbo sederhana, Don ingin mewujudkan impian tampil di pentas seni dengan mengangkat buku dongeng karya ayah-ibunya. Dalam perjalanannya, Atta si "biang kerok" yang nggak pernah suka pada Don berusaha menjegal dengan berbagai cara termasuk mencuri buku dongeng itu. Keajaiban muncul dengan hadirnya Meri si hantu cantik yang lalu membantu Don mengambil kembali buku dongeng dengan syarat tertentu.
Sayangnya, usai memenangan pentas seni, Don lupa pada janji semula membantu mempertemukan Meri dengan orang tuanya. Akibatnya, Meri disandera pak Kades yang ternyata licik. Lagi-lagi, Atta berulah mencegah upaya ini.
Berhasilkah Don menyelamatkan Meri?
Dengan durasi 1 jam 40 menit, Jumbo dibagi dalam beberapa babak yang menyenangkan dan jauh dari membosankan. Malah, saya ikut gemas melihat kelakuan jahat dalam film ini sampai berkali-kali harus mengingatkan "hey ini cuma film anak-anak" 😂
Yang menarik dalam Jumbo, sekaligus pengingat, adalah gimana Atta bisa jadi perisak karena didorong rasa iri melihat Don yang meski tanpa orang tua, Don nggak kehilangan limpahan kasih sayang (dan materi) dari neneknya. Don juga punya geng alias sahabat dekat yang selalu mendukung, barangkali kesamaan latar belakang membuat mereka jadi bisa akrab. Atta sendiri cuma punya abang satu-satunya yang kerja sebagai tukang reparasi alat elektronik, dengan kondisi fisik terbatas.
Nggak ada anak-anak yang jahat atau nakal tanpa alasan khusus. Di dunia orang dewasa, mungkin ini yang namanya mental kepiting alias crab mentality, nggak sudi lihat orang lain senang. I feel sad when you're glad, feel glad when you're sad... 😓 (iya ini plesetan Can't Smile Without You-nya Barry Manilow).
Don yang lupa diri setelah sukses memenangi pentas seni, juga mencerminkan manusia yang sering lupa pada janji-janji di masa susah. Uhuk, macam janji kampanye... 👀
Oh ya, selain menghadirkan ketegangan Jumbo juga membawa tawa sekaligus isak di ujung bagi yang relate. Mumpung bioskop gelap, silakan sesenggukan sih, apalagi tayangnya masih Lebaran jadi nggak usah malu menyamarkan suara srot srot idung dengan menyedot soft drink hahaha 😆
Anyway, detil kecil yang bikin hihihi adalah Don dan gengnya sebagai gen Alpha masih kenal kaset! Satu lagi, saya dan teman nonton ketawa ngakak melihat cast "panitia panik" yang "gue banget". Aduh... aduh, siapa yang jadi role modelnya sih mas Adriandhy 😃
Oh ya, cuma pas nonton Jumbo ini saya rela bioskop rada rame dengan ocehan penonton yang sebentar-sebentar nanya. Dan surprise pas nonton kemaren nggak terlalu berisik, padahal penontonnya banyak bocah centil yang tidak dapat duduk tenang pinggulnya slalu goyang... eh maap maksudnya anak-anak dengan usia TK atau SD kelas bawah.
Sebagai penutup, sebagai perwakilan generasi yang kecilnya di tahun 80an sepertinya siapa penyanyi lagu tema Jumbo akan jadi oenguak takbir usia yang signifikan hahaha... ini lagunya, selamat menikmati dan jangan lupa tonton Lebaran nanti ya
3 comments:
mauuuu nonton!!
pengen ajak anak2 nonton
Ga sabar mau ajak anak2 nonton
Post a Comment