Sudah lama saya mengamati tren pakai baju/barang bekas. Jujur, ini bukan hal baru buat saya. Saya "pangais bungsu" kalo kata orang Sunda, terbiasa dengan lungsuran kakak. Masih bagus, sayang kalo harus beli. Baju baru, adalah kemewahan yang direngkuh setahun sekali di momen hari raya. Sesuai anjuran, gunakan pakaian yang bagus (kemudian diterjemahkan jadi baru 😆)
Kebiasaan ini rupanya terus berlangsung hingga saya memasukin bangku kuliah. Entah ide dari mana, geng maba saya (ada empat orang cewek-cewek) tiba-tiba berinisiatif tukeran baju. Masing-masing membawa baju lama yang udah nggak kepakai tapi masih sangat layak. Ada yang dilepas karena bosan, tapi kebanyakan sih udah nggak muat.
Memasuki dunia kerja dan sosial, saya makin akrab dengan lungsuran. Penyebabnya apa lagi kalo bukan "badan yang super kurus" sehingga jadi "pembuangan" baju-baju yang masih bagus tapi ditinggalkan pemiliknya karena alasan ukuran.
Seiring perkembangan tren thrifting apalah-apalah yang jadi gaya hidup, sistem tukar barang ini rupanya dianggap menarik dan mendukung sustainable lifestyle. Ada dua nama yang saya tahu rutin mengadakan sistem barter ini: Tukar Baju dan Saling Silang. Dua-duanya selalu dibanjiri peminat macam ticket war konser Coldplay. Nah, mumpung kemarin ada peluang akhirnya saya berhasil join ke Bersaling Silang, meski lokasinya... di Gading Serpong Tangerang hahaha..
AKAP dan super niat!
Bersama rombongan perempuan yang senang direpotin demi hidup ramah lingkungan, dengan gembira ria tanpa paksaan kami mendarat di Carstensz Mall, sebuah pusat belanja baru (heran, seneng banget ya bikin mal) yang tampaknya sedang menarik crowd untuk berkunjung.
Oh ya, untuk ikutan Saling Silang ini ketentuannya:
- Registrasi melalui tautan yang disediakan
- Pastikan bisa datang sesuai jadwal yang dipilih
- Bawa barang layak pakai sesuai ketentuan, untuk acara di Carstensz ini mereka menerima fashion (pakaian, tas, sepatu) dan buku. Semua harus dalam keadaan layak pakai. Untuk buku, juga ada ketentuannya
- Barang yang kamu bawa akan dikurasi oleh tim, jadi pastikan kamu membaca dengan teliti persyaratannya ya. Dan inget bahwa acara ini bukan "tempat sampah" untuk barang bekasmu
Kami datang satu jam sebelum jadwal "belanja" dan mendapatkan urusan 30-40. Wow! Artinya ada yang lebih awal. Setiap orang yang sudah registrasi ulang akan mendapatkan token untuk belanja, sesuai dengan jumlah barang yang lolos kurasi. Saya membawa lima pakaian (semua masih bagus tapi memang udah nggak saya pakai) dan dua buku. Sayangnya, buku yang saya bawa nggak lolos kurasi karena buku resep masakan dan ditawarkan untuk didonasikan kalau bersedia. Tanpa mikir panjang tentu saya bilang IYA! Buku-buku resep tersebut pasti lebih berfaedah di tangan yang tepat.
Sambil menunggu "jam buka" tentu saja wajib banget foto-foto bareng ibu founder!
Dan tentu saja mulai screening koleksi pakaian yang dipajang. Semacam bikin wishlist gitu deh, saya menargetkan lebih dari 5 items dengan asumsi barang incaran saya mungkin akan lebih dulu diadopsi oleh yang nomor antrinya duluan. Sambil nunggu, cuci mata ke booth sekitar juga seru. Ada Setali yang melakukan upcycling pakaian jadi baru. Asli cakep-cakep dan sangat edgy! Sayang saya nggak sempat foto semuanya ih nyesel...
Menarik juga di salah satu booth tersedia jasa reparasi alias repair service. Beda dengan abang-abang serpis lepis keliling yang "cuma" ngebenerin baju rusak, di sini keluarannya juga bisa berupa barang baru sehingga cocok disebut upcycling. Sebuah peluang usaha buat yang punya keahlian menjahit.
Saya sendiri akhirnya cuma bawa dua barang hasil tukar sesuai token yang dipunya (satu lagi nemu dari bak freebies alias gratisan tanpa token): rok A-line warna peach yang cantik dan satu blus dengan model trapez bunga-bunga. Bonus dari bak freebies: scarf warna-warni centyl yang akan sangat keren dipadankan dengan koleksi warna "dingin".
Dari Bersaling Silang ini saya belajar:
- Melepas apa yang kita punya, dan merelakannya untuk dimiliki orang lain dalam kondisi masih layak. Berikan yang terbaik
- Tertib dan antri, saya suka dengan sistem ini sehingga menghindari brutaliti yang identik dengan emak-emak ketika ada gratisan (duh maap sebetulnya sebel pake pilihan kata ini tapi fakta membuktikan 😓
- Belajar merelakan jika nggak mendapatkan yang diinginkan. Jujur, ketika awal screening ada beberapa baju yang saya incar tapi tentu saja keduluan oleh nomor antrian awal
0 comments:
Post a Comment