Dikata-katai, Diteriaki, dan Dikejar Pemotor Berjaket Shopee Food Karena Menghalangi Jalannya di Trotoar

Sedih betul nasib pejalan kaki di Indonesia. Sudahlah jadi konsumen utama polusi, mau nyebrang jalan udah kayak games menjemput maut, membela haknya sebagai pemakai trotoar pun harus terima diintimidasi pemotor yang otaknya ketinggalan entah di mana.



Sabtu malam, masuk di sepuluh hari terakhir Ramadan 2024 sepertinya ujian dan cobaan kesabaran buat saya sebagai pejalan kaki belumlah cukup karena justru berujung pada ancaman keselamatan yang menimbulkan ketakutan. Kronologisnya begini:

Selesai membonceng ojol, seperti biasa saya turun di depan Margonda Residence--kediaman saya--dan menyusuri trotoar. Kemacetan Margonda semalam memang sungguh laknat. Bersyukur pengemudi ojol yang saya tumpangi berhati mulia, tidak mengeluh dan tidak mengambil jalan pintas berupa naik trotoar.

Sayangnya, tidak semua pemotor seperti itu. Beberapa tetap meluncur tanpa bersalah. Jangan tanya di mana polisi Depok, saya juga bingung kenapa kepolisian kota ajaib ini seperti bayangan: hanya nama tapi tak berwujud. Padahal bertahun-tahun lalu mereka dikenal galak dan tegas menindak.

Sebelum memasuki gerbang, saya mengambil ancang-ancang menghalangi pemotor-pemotor tanpa otak itu. Sialnya tidak semua tahu diri dan punya hati. Salah satu yang tidak terima jalannya dihalangi, kemudian akhirnya melipir ke jalan sambil memaki-maki. Saya sempat mendengar makiannya: TOLOL. 

Saya memilih tidak meladeni. Buat saya, ketika akhirnya pemotor itu menyingkir dari trotoar itu sudah merupakan satu kemenangan. Sedikit pelajaran juga saya berikan dengan memotret pemotor-pemotor itu. Tentu, tidak akan langsung saya unggah. Saya tahu bahanya UU ITE yang sangat karet itu.

Si pemotor pemarah itu, kebetulan (hate to say this) mengenakan rompi atau jaket oranye dengan tulisan Shopee Food besar-besar sehingga saya langsung mengenali status kemitraannya. Apalah dia sedang mengantarkan pesanan dan takut pemesan sumbu pendek memberi rating satu karena lambat? Entahlah.

Saya kemudian memasuki area apartemen, dengan santai. Mendekati lobi, saya merasa ada yang memanggil-manggil dari arah sekuriti yang berjaga. Mengira ada barang jatuh dan tertinggal, saya pun menoleh. Ternyata si pemotor berjaket Shopee Food tadi sudah masuk area apartemen sambil teriak-teriak mengancam. Saya kurang jelas apa yang dia teriakkan, karena seperti biasa telinga saya tersumpal earphone dengan musik. Saya sempat menangkap "ngapain lu video-videoin"

Rupanya dia takut viral juga ya?

Kembali saya mengabaikan pemotor berjaket Shopee Food ini. Dengan santai (tepatnya pura-pura tenang) saya menuju lobi yang saat itu cukup ramai ada beberapa penghuni bercengkrama di gazebo. Betapa kagetnya ternyata si pemotor berjaket Shopee Food masih membuntuti dengan ditemani satu orang satpam, sambil tetap teriak-teriak tentunya. Saya kenal baik dengan tim sekuriti apartemen, garda pertama yang menurut saya perlu didekati bagi penghuni ansos. Dugaan saya, si pemotor berjaket Shopee Food ini juga mengancam sekuriti. 

Dengan mempercepat langkah dan berusaha kalem (jujur dalam hati saya sudah berdebar-debar tegang macam adegan film thriller), saya menuju pintu masuk dan menempelkan kartu akses lalu bergegas menuju lift. Sampai di dalam lift, saya memencet tombol yang sangat jarang dipakai (bahkan sering dibilang tidak berguna karena pintu lift akan tertutup otomatis) ⏩⏪ . Tujuannya: menahan kalau-kalau si pemotor berjaket Shopee Food nekad memaksa masuk sampai lift. 

Sesudah menekan tombol nomor lantai, saya buru-buru menuju unit. Memastikan tidak ada yang membuntuti lagi. Masuk ke unit, saya segera mengunci dan mematikan seluruh lampu supaya dikira tidak berpenghuni. Dalam kondisi masih gemetaran, antara takut plus emosi, saya tenangkan diri dengan bersih-bersih. Setelahnya, mencari tahu akun untuk melaporkan keluhan. Saya pun memberikan kronologis singkatnya di X dan Instagram.

Lucu sekali, jelas-jelas laporan saya ini mengeluhkan kelakuan mitranya (sesuai jaket yang dikenakan) tapi Shopee meminta saya memberikan data pesanan terakhir saya di platform mereka. Apa hubungannya coba? Beruntung, saya memang masih sempat bertransaksi. Kalau misalnya dalam tiga bulan tidak ada transaksi, apakah laporan saya akan ditindaklanjuti?

Admin IG juga sempat mengabaikan laporan ini, setelah saya mengisi rating laporan dengan angka jelek barulah admin lebih serius menanggapi dengan meminta rincian kejadian.

Sampai tulisan ini saya buat, pihak Shopee mengatakan akan menyelidiki dan memberikan nomor laporan saya. Saya diminta untuk rutin mengecek surel.

Share on Google Plus

About e-no si nagacentil

Cerdas, ceriaa, centil
    Blogger Comment

2 comments:

Fanny Nila (dcatqueen.com) said...

Agak heran aja, kenapa yaa banyak yg berhubungan dengan toko oren ini bermasalah. Aku sendiri pernah masalah dengan bbrp toko di sana, tapi memang yg mba alami lbh serem sih . Ngeri amat drivernya sampe begitu. Terlalu emosian, kasar. Walopun dia sedang ngejar order, tapi bukan berarti seenaknya memaki sampe nyamperin gitu.. Semoga aja beneran diproses yg bener dr pihak oren nya ya mba

Lala Sudewo said...

Ikut deg-degan bacanya, kak.. Puji syukur aman, ya.. Terima kasih sudah sharing pengalaman ga mengenakkannya untuk jadi pelajaran bersama