Journaling: Bukan Sekadar Curhat

Dear diary...

Inget nggak pada kebiasaan curhat ke buku harian atau diary? Dimarahin nyokap, disemprot guru, ketemu gebetan, atau habis berantem sama sohib. Semua ditumpahkan lewat tulisan. Berbulan-bulan bahkan tahunan kemudian, membacanya bikin senyum-senyum sendiri sambil mikir "kok bisa ya dulu aku se-alay itu"

Kebiasaan ini, perlahan luntur seiring kepraktisan mencatat apapun lewat media digital. Setidaknya, ini terjadi pada saya. Dulu, saya biasa mencatat jadwal di agenda mungil. Sekarang tentu cukup memanfaatkan fasilitas Calendar di ponsel pintar. Kemampuan bercerita lewat tulisan pun makin pudar. Selain mencurahkan isi hati pada lingkar kecil pertemanan yang dipercaya, sebagian juga hanya tercatat di otak untuk kemudian dipanggil lagi saat dibutuhkan. Yang belakangan ini, repot juga karena kapasitas penyimpanannya terbatas.

Belakangan, menulis catatan harian atau bahasa kerennya journaling kembali jadi tren. In a good way, dalam workshop singkat tentang journaling dalam Kamis Manis di Berlaris, journaling ternyata banyak manfaatnya bukan sekadar menciptakan kenangan. 


Alodokter merumuskan journaling sebagai kegiatan menuangkan ide, pikiran, perasaan, atau emosi yang berkaitan dengan berbagai peristiwa dalam hidup dalam bentuk tulisan di buku, ketikan di komputer, atau melalui gambar. Manfaatnya? Banyak sekali, antara lain:

  • Mengekspresikan perasaan, ketika kita merasa no one to rely on journaling membantu mengungkapkan apa yang dirasakan secara sehat dan aman tanpa takut merasa dihakimi
  • Mengendalikan emosi, journaling membantu kita mengenali jenis perasaan yang timbul. Jika kita telah terbiasa melakukannya, akan lebih mudah untuk mengidentifikasi emosi yang muncul dan mengontrolnya
  • Mengenal diri sendiri, tanpa sadar kita mungkin kehilangan identitas. Journaling membantu kita menemukan kembali diri sendiri lewat catatan yang direkam
  • Meredakan stres dan cemas melalui pengungkapan perasaan 

Journaling bukan melulu berisi catatan rasa syukur, apapun bisa disampaikan. Salah satu partisipan di hybrid workshop ini menyampaikan bagaimana kebiasaan membuat catatan harian ini "menyelamatkan"-nya saat melakukan terapi medis. Di kemudian hari, journaling bisa jadi alat bantu dalam memulihkan ingatan seperti Henry Roth membantu Lucy Whitmore yang mengalami short term memory akibat kecelakaan (50 First Dates, 2005).

Catatan di dinding gua, pahatan prasasti, atau ukiran di daun lontar adalah journaling di masa purba yang membantu ahli sejarah memahami seperti apa kehidupan di era prasejarah.

Saya bahkan pernah melihat journaling yang unik dan playful berupa guntingan jajan harian termasuk kopi. Yang suka konseran, barangkali ini bisa jadi ide memorabilia sekaligus etalase tiket konser agar tidak berserakan atau bahkan berakhir di tempat sampah.

Mumpung sekarang akhir tahun, nggak ada salahnya mulai merencanakan journaling di 2026. Kelak, catatan ini akan menjadi cerita berharga untuk dikenang bukan hanya bagi kita tapi keturunan kesekian kelak di masa depan.

Share on Google Plus

About e-no si nagacentil

Cerdas, ceriaa, centil
    Blogger Comment

0 comments: