Pendekar bersih-bersih sampah di perairan adalah pahlawan. Jangan pernah sekali-sekali mengkritik. Pembelanya udah kayak Army dan ormas, atau mungkin memang demikiankah level pemujaan pada idola di sini?
Saya pernah menulis tentang bagaimana penyanyi Korea diidolakan sampai membuat host dari sebuah jenama perawatan kecantikan ketakutan akibat ancaman dari para tentara pembelanya. Fenomena ini, ternyata merambah ke mana-mana sampai ke makian lewat DM. Ini semua gara-gara kritik terhadap konten Pandawara yang blunder untuk kedua kalinya karena menyudutkan kaum Hawa.
Konten inilah yang berhasil memancing keluar para pembelanya dan tanpa ampun melontarkan kata-kata kasar sampai makian:
Saya sengaja tidak mencantumkan tautan karena tidak ingin menambah engagement pada konten seksi. Silakan cari sendiri di akun mereka ya.
Dalam konten yang mengusung soal sampah pakaian itu, Pandawara mengangkat tinggi-tinggi pakaian dalam perempuan berupa BH warna pink menyolok seraya membandingkan mana yang lebih berbahaya: limbah organik atau anorganik?
Pandawara, sejak lima tahunan silam memang memfokuskan diri pada konten yang awalnya membangkitkan kesadarana untuk tidak membuang sampah di perairan. Bukan yang pertama atau satu-satunya, karena Sungai Watch memiliki versi lebih lengkap: sampah di perairan tidak cuma dipungut tapi juga diolah menjadi produk dengan nilai jual menakjubkan. Di daratan, ada World Cleanup Day dan Trash Hero Indonesia.
Mengapa Pandawara jadi juara? Barangkali, kemenangan mereka ada di strategi konten. Lima anak muda, Gen Z yang identik dengan rebahan tiba-tiba muncul dengan aksi bersih-bersih kali lengkap dengan kontroversi dari pemerintah setempat yang merasa "keduluan". Semacam darah segar, copycat kegiatan sejenis muncul di beberapa tempat dengan embel-embel terinspirasi tapi entahlah berapa banyak yang bertahan. Dan Pandawara tetap konsisten pada jalannya, hingga mendapat apresiasi berupa donasi dan kunjungan ke negara Eropa.
Kontroversi dimulai, ketika Pandawara kemudian mengangkat isu pembalut yang menjadi salah satu sampah temuan mereka. Saya, awalnya biasa saja dan sempat terbawa arus: jorok banget sih yang buang pembalut di kali ini. Sampai, kemudian Magdalene "menampar" dengan fakta bahwa limbah pembalut tak sesederhana itu. Ada peran pemerintah yang lagi-lagi alpa dalam hal ini.
Baca tulisan soal pembalut dan Pandawara di sini ya.
Maka, ketika kemarin saya kembali terpapar konten Pandawara soal sampah pakaian (yang sayangnya harus banget dilabeli "konten pemersatu kesadaran bangsa") dan menuangkannya di Threads, reaksinya sungguh luar biasa. Notif jebol kapten! Silakan baca sendiri jangan lupa kuatkan hatimu qiqiqi.
Kalau dirangkum, maka opini yang tidak suka idolanya dikritik ini ada beberapa:
- "Kamu udah melakukan apa sih dibanding Pandawara? Palingan juga rebahan doang" OK kalau yang komentar santai biasanya saya kasih lihat sedikit saja kegiatan sebagai wahabi lingkungan di IG
- "Pandawara nggak salah, itu yang komentar aja otaknya kotor" baiklah, otak sekotor apapun akan tetap mikir jorok meski mungkin konten pemersatu yang dimaksud adalah kaos kaki?
- "Semuanya salah di mata orang yang buang sampah gak dipilah" uhuk, si paling tau siapa saya yha
- "Kalah panggung, pantesan" aduh, saya bukan penyanyi kok ngapain cari panggung?
- "Nggak apalah ragebait, yang penting tujuannya baik" hmmm... gimana?
- Ini yang sopan-sopan ya hahaha...

0 comments:
Post a Comment