Kemarin pagi, saat sedang menikmati euforia Car Free Day dalam balutan nuansa merah jambu (memperingati Breast Cancer Awareness Month), sebuah kabar tidak menyenangkan masuk ke Whatsapp saya...
Diawali dengan innalillaahi wainna ilaihi rojiun...
Ini saja sudah bukan hal bagus, tapi seperti obat tetap harus ditelan.
Baru saja, di hari Sabtu, kami-teman satu group chat, menerima broadcast permintaan darah untuk almarhumah. Permintaan ini terlewatkan karena percakapan memang menumpuk. Begitulah, WAG yang terlalu hiruk-pikuk seringkali menenggelamkan pesan penting.
Alhamrhumah akhirnya berpulang, tentu atas kehendak Ilahi. Satu-satu anggota grup menyambangi kediaman almarhumah, mendatangi pemakaman. Pertemuan yang akhirnya terwujudkan, setelah berkali-kali reuni hanyalah wacana: dari buka bersama hingga halal bihalal.
Sedih memang, ketika akhirnya reuni baru bisa terwujud ketika ada yang wafat. Begitulah, seperti kata ayat pembuka: demi masa, seungguhnya manusia dalam kerugian. Merasa masih banyak waktu, nanti ajalah ketemuannya.
Seperti pita kaset yang diputar ulang, sepuluh tahun lalu ketika teman lama berpulang. Saat itu, entah kenapa saya ingin sekali menghubungi almarhum lewat chat. Tapi, gengsi (kami sempat berseteru dan hubungan jadi tidak baik sesudahnya) mengalahkan segalanya sehingga niat itu terkubur dalam wacana semata.
Siapa sangka, notifikasi di Facebook menjadi penghubung kembali. Hanya saja, isinya bukan hal gembira. Teman lama, dalam kondisi koma di rumah sakit. Saya dan teman-teman satu komunitas terkoneksi lagi untuk koordinasi keberangkatan menjenguk almarhum. Rencana pun tersusun. Fix. Sayangnya, Tuhan punya kuasa yang tak sama dengan keinginan kita. Sehari sebelum rencana terwujudkan, kami berangkat lebih cepat karena kabar koma berubah menjadi titik. Innalillaahi wainna ilaihi rojiun..
Inilah kenapa, kita tetap harus terhubung, bersuara, dan saling berkabar meski hanya lewat groupchat. Jangan sampai kejadian (nyata tapi sungguh memilukan) kawan saya yang lain: baru tahu kalau teman angkatannya meninggal beberapa tahun lalu.
Belajar dari sini, saya menjadi mahluk yang bawel di groupchat untuk memastikan anggotanya baik-baik saja. Juga, jangan malu kontak duluan (kecuali teman kamu sudah menikah dengan istri yang cemburuan).
Kata saya sih, selama nafas masih jadi aktivitas rutin, meet up-lah selagi mungkin.
0 comments:
Post a Comment