sumber: treehugger.com |
Sebagai penyinta lingkungan, tentu saja saya sangat mendukung gerakan ini. Meski belum pernah terlibat dalam aksi Operasi Semut sama sekali, menurut saya segerombolan anak muda turun ke jalan buat mungutin sampah itu keren! Jangan dulu protes apakah sampah yang terkumpul bakal dipilah berdasarkan jenisnya: organik/anorganik atau kemana sampah-sampah itu bakal diolah. Mengurangi keberadaannya di area publik aja udah menyenangkan banget, mengingat kebiasaan sebagian besar orang Indonesia yang ogah susah: buang sampah di mana aja, termasuk jalanan. Wajar jika kemudian Coca Cola menetapkan Operasi Semut sebagai ide terpilih.
Sayangnya, dua kali mengikuti talk show tentang #beranimengubah ini membuat saya berpikir: berani mengubah aja nggak cukup, tapi juga perlu disertai dengan tekad berani berubah!
Talkshow pertama, di Social Media Festival, Umen sendiri yang berbagi inspirasi ide operasi semut ini. Selang beberapa menit pasca obrolan, saya menemukan beberapa botol minum dan piring kertas bekas makan terkapar di lantai ruangan. Jadi selama talkshow berlangsung omongan Umen sang duta Operasi Semut nggak didenger aja gituh?
Di kesempatan berikutnya, tepat Selasa lalu, di Obsat saya kembali mengikuti obrolan sejenis. Hanya saja, Umen berhalangan datang dan Coca Cola menghadirkan Pandji spoke person #beranimengubah dan Alanda Kariza. Ada yang belum tau siapa dia? Coba googling deh heuheuheu...
Nggak jauh beda dengan sebelumnya, bahkan menurut saya lebih parah, kondisi area pasca obrolan serupa lapangan Monas pasca kampanye pemilu: sampah di mana-mana. Okelah, barangkali demi alasan praktis panitia memilih alat makan plastik sekali pakai sebagai wadah sajian malam itu. Pun, limpahan air minum dalam kemasan yang meliputi Coca Cola serta Ades melimpah semacam tanpa batas. Alih-alih nyingkirin botol dan alat makan bekas pakai yang nggak re-usable itu, yang ada audiens malah sibuk haha-hihi sana sini meninggalkan tumpukan sampah di mana-mana.
Rejeki buat pemulung, yang sepertinya punya radar pengendus puluhan botol bekas. Tapi, apa susahnya siiih buat kalian yang kemarin datang ke Obsat merelokasi sampah-sampah itu ke tempatnya? Kalian lihat kan panitia menyediakan tempat sampah dengan lokasi yang nggak akan bikin kurus kalau didatangin, serius deh. Padahal juga, beberapa menit sebelumnya Operasi Semut dan tujuan mulianya mengurangi sampah udah diworo-woro juga oleh pihak Coca Cola lho!
Oh well, kalian jangan menganggap saya protes dan mengandalkan prajurit Semut (sebutan buat peserta Operasi Semut) lho. I don't like to say this, tapi saat makan saya sama sekali menghindari piring dan sendok plastik dari panitia. Kebiasaan baru saya yang seringkali dikomentari temen-temen sebagai sesuatuk yang ribet yaitu membawa alat makan sendiri (cuma lunch box ukuran kecil kok, sama satu set supit+sendok logam lucu!) berguna sekali buat makan nasi ayam yang uenak ituh. Tatapan aneh juga dialamatkan waktu saya pungutin botol-botol bekas itu dan memberikannya pada pemulung yang berbinar-binar menerimanya. Oh ya, khusus buat Ades saya tuang dulu airnya ke tanah. Save water (and still don't drink beer!) dong ah. Lebih baik airnya saya biarkan meresap ke tanah ketimbang jatuh ke tumpukan sampah.
I don't post any ideas to #beranimengubah, but then I think: berani mengubah aja nggak cukup tanpa disertai upaya mengubah diri alias berani berubah! Memang saya belum pernah ikutan terjun langsung di Operasi Semut, tapi setidaknya semangat Semut tetap ada di mana-mana meski tanpa event atau exposure dari media. Ya kaaaaan...
6 comments:
Kamu itu keren, NO!!
aku semacam jadi pengen bawa cuttleries sendiri ^_^ So far udah nolak pakai sumpit sekali pakai, lebih milih sendok garpu. Tapi kayaknya bagus tuh kalau bawa sumpit sendiri
Udah ada gerakan mungutin sampah. Yuk kita bikin gerakan Bring Your Own Utensils yuk?
@Rere iya aku keren..peng x)) makasiiih yak
@Ceritaeka ayo Ka, gw aja yang sehari2 naek angkot (kebayang kan ribetnya bawa gembolan) bisa, masa yang nyetir mobil sendiri gak bisa hihihi *kompor*
@sabai95 selamat akhirnya berhasil comment setelah diribetkan oleh captcha. Tadinya aku cuma bawa reusable bag, tapi karena kebutuhan jajan di luar yg tinggi (baca: tukang lapar setiap 2 jam) membuatku merasa perlu bawa perabotan lenong sendiri. Males juga kalo beli siomay trus bumbunya berceceran di tas karena plastiknya gak oke, belum ribet makannya... aaaaaaaaahhh
Post a Comment