Nggak terasa ya FJB udah masuk satu dasawarsa! Ketika
akhirnya saya punya kesempatan makan –siang-terakhir-sebelum-puasa tahun ini,
FJB adalah destinasi buat memanjakan perut dan mensukseskan program
#MenujuLangsing.
Transformasi FJB dari tahun ke tahun memang menunjukkan
progress yang berarti. Saya ingat, pertama kali ke hajatan penuh jajanan ini
antusias publik belum segila sekarang.
Masih bisa leluasa bolak-balik menambah porsi makan. Mungkin karena
waktu itu, sekitar 2010, FJB digelar dalam beberapa hari? Lupa. Yang saya ingat
makanannya enak-enak semua hahaha...
2010...
Kumpulan jajanan nusantara yang difasilitasi oleh Bango ini
nggak diragukan lagi menjadi semacam surga kuliner. Dan antrian panjang adalah
indikasi betapa gerai rujak cingur asal Surabaya begitu dinanti. Otentik banget,
bumbu rujak yang dicampur petis diulek langsung dalam cobek raksasa. OK ini
lebay! Kekurangan dari FJB kala ini adalah penggunaan styrofoam sebagai alas
makan.
Lima tahun lalu... Ihiy! |
Syukurlah di 2014 Bango melakukan perbaikan dengan mengganti
piranti makan menggunakan bahan yang lebih reusable. Tatanan gerai pun lebih rapi dan terpusat,
lebih gampang nyarinya hehehe... Dan tentu saja makin banyak gerai jajanan
bergabung menyemarakkan! Kenyang!
2015...
Jakarta menjadi kota penutup rangkaian FJB. Diadakan
menjelang Ramadan, tumpah ruang penikmat kuliner memenuhi parkir barat Senayan.
Perbaikan terus ditambahkan, termasuk fasilitas air minum gratis dari Pure It
yang tersedia di berbagai sudut. Horeee... tinggal bawa tumbler dan siap-siap
usir jauh dehidrasi!
Puas-puasin isi tumbler dengan air minum! |
Kesigapan tim bersih-bersih di lokasi juga patut diacungi
jempol. Di meja-meja yang tersedia, tim CIF langsung menghampiri untuk
mengangkut semua perabot bekas makan dan menyulap meja yang penuh noda jadi
cling! Selain itu, keberadaan ruang menyusui dan mushala di area juga memudahkan pengunjung menunaikan kewajibannya. FYI, di waktu magrib yang paling panjang antriannya itu mushala lho =)
Promosi kekayaan warisan kuliner tanah air yang secara
kontinyu disuarakan oleh Arie Parikesit salah satunya. Barangkali inilah magnet
kuat yang mengundang publik buat berbondong-bondong memborong jajajan di FJB
2015. Terbukti dari beberapa gerai yang terpaksa tutup lebih awal karena ludes
sebelum matahari menuntaskan tugasnya. Warbiyasak!
Promosi #KulinerIndonesiaku bisa lewat kaos |
Saya senang ketika akhirnya jajanan nusantara berhasil
menjadi buruan kaum mudanya. Begitu juga ketika ekspansi ke negara tetangga
menghantarkan hasil bahwa masakan Indonesia juga bisa mendunia! Apalagi
didukung produk budaya seperti film. Oh ya, di FJB 2015 kemarin juga ada
obrolan santai bareng Lala Timothy yang mengemas film Indonesia pertama dengan
tema kuliner lokal lho!
Ngobrol santai tentang #KulinerIndonesiaku ini nambah wawasan sekaligus bikin ngeces! |
IMO, akan lebih menyenangkan lagi jika di gelaran FJB
berikutnya obrolan tentang kuliner lokal ini juga diperbanyak sesinya. Sedikit
terganggu ketika sesi talkshow bareng Arie Parikesit dan pelaku bisnis kuliner
ini berlangsung di ruangan yang terlalu kecil (karena banyak sekali peminatnya
ternyata!). Plus lokasinya yang terlalu dekat panggung (yang artinya siap-siap
terganggu volume band pengiring hehehe) lumayan jadi polusi suara.
Es Palu Butung termasuk salah satu #KulinerIndonesiaku yang laris |
Baru tau kalo di Semarang ada pindang puyuh enak gini huhuhu... |
Ketan Susu yang juga jadi rebutan, waiting list karena ludes menjelang petang |
Kejutan apalagi yang akan dibagi FJB di 2016 ya?
0 comments:
Post a Comment