November Rain

Tadi pagi, timeline saya basah oleh air mata duka. Pasca tidur panjang berhari-hari dalam koma, salah satu teman --relawan terbaik di Akademi Berbagi-- akhirnya menemui Tuhannya, setelah sempat menyiratkan harapan lewat gerakan samar. Mungkin ini adalah lambaian selamat tinggal.

Innalillaahi wainna ilaihi roji'un.


Photo by: @pasarsapi
Personally, saya belum mendalam kenal dengan mendiang. Kiprahnya saya nikmati dari kejauhan, saat saya masih bermukim di Semarang. Dan baru berkesempatan ngobrol lebih intens dalam after party Muktamar Blogger di Taman Langsat beberapa purnama yang lalu. Saya bukan orang yang piawai menyematkan penilaian dalam percakapaan yang hanya beberapa menit, atau dalam sekali-dua bertatap muka. Tapi menilik banyaknya empati yang dilemparkan di linimasa pagi ini, nyata sekali bagaimana Chika Djati begitu berarti di banyak pemilik hati. 

Saya jadi teringat satu idiom yang mengingatkan sesiap apa kita menghadapi Pencabut Nyawa ketika waktunya tiba:


"Ketika kita lahir, kita menangis tapi orang-orang tersenyum lebar
Saat kita tiada, kita tersenyum tapi orang-orang menangis"

Selamat jalan Chika...  


Share on Google Plus

About e-no si nagacentil

Cerdas, ceriaa, centil
    Blogger Comment

0 comments: