Sisi Lain Terowongan Kendal: Belajar Berbagi Dari Keterbatasan

Perjalananan membelah Jakarta (dan sekitarnya) dengan angkutan umum selalu membawa cerita seru yang gak jarang berupa pelajaran hidup. 

Kemarin, setelah berminggu-minggu jadi Rapunzel, akhirnya saya bisa keluyuran lagi! Dengan tujuan akhir Lebak Bulus, jalur terenak tentunya dengan Commuter Line dan MRT. Berbekal aplikasi Peduli Lindungi yang dipastikan harus gak menyusahkan, pertahanan pertama tembus ke pintu masuk stasiun aman jaya!

Ada yang menarik di kawasan Dukuh Atas atau yang lebih dikenal dengan Terowongan Kendal. Titik temu tiga moda transportasi: Commuter Line, MRT, dan KA Bandara ini memang jadi semacam tempat wisata murah yang bisa dinikmati banyak kalangan. Spot foto untuk konten Instagram tersedia di sini dan gratis! Ini belum termasuk kalau lagi ada kegiatan promosi dari jenama ya. Bisa lebih rame lagi.

Sejak awal, pandangan saya memang sudah terpatri pada kedai kopi kecil dengan sistim take away yang lokasinya strategis di mulut Terowongan Kendal. Namanya Difabis, merupakan kolaborasi dari Baznas DKI Jakarta dengan Dinas PPUKM DKI dan PT MRT. Apa sih istimewanya?


Difabis, mempekerjakan kaum difabel tuli sebagai barista. Untuk bertransaksi, kita bisa menunjuk menu yang ada. Sekalian belajar bahasa isyarat. Ada kode-kodenya untuk setiap jenis minuman. Lucu kaan...


Selain itu, Difabis juga punya program kopi dibagi: kamu bisa berbagi minuman gratis (nggak harus kopi) dengan siapa aja yang butuh. Harga dua gelas kopi di sini masih lebih murah daripada kopi Starbucks (ya kan gak pake nongkri lama ya jadi bisa memangkas biaya) kok. Sampaikan aja pada baristanya. Bayar dua, dan kamu akan mendapatkan magnet kopi yang ditempel di papan kopi dibagi ini. 

Biar afdol: jajan kopinya pake reusable cup dan jaring hasil upcycling

Saya kurang tau berapa banyak yang udah manfaatin kopi gratis ini. Sekitar pukul lima sore, ada tiga magnet kopi tersisa. Sepertinya banyak yang enggan manfaatin ya?

Salah satu penerima kopi gratis ini adalah seorang bapak pemakai kruk, entah ada masalah apa dengan kakinya, yang sehari-hari mangkal di sana. Yang unik, bapak ini mengalungkan kresek berisi.... makanan kucing!

Sudah pada tau kan kalau di Terowongan Kendal ini banyak kucing tanpa rumah yang ramah? Selain memberi makan, kamu juga bisa mengelus-elus (rata-rata mereka manjah juga sih) atau sekadar jadi konten. Gak apa, asal jangan disiksa ya


Waktu bag-bagi camilan kucing, bapak ini bilang kalau kucing-kucing di sana udah cukup kenyang. Tapi dasar kucing kok tetep aja diabisin ya hahaha..

Saran saya sih, saat ngasih makanan jangan kebanyakan. Sayang juga kan kalau kebuang?



Saya yang galak ini sebetulnya gampang terharu loh kalo lihat scene begini. Jadi, daripada kedengeran suaranya bergetar-getar menahan getir wawancara si bapak gak bisa panjang-panjang. Ahlesyan..


Si oyen ini, udah akrab dengan si bapak. Katanya, dulu kecil kurus khas kucing buangan gitu deh. Alhamdulillah yah ketemu orang baik. Dan dengan uang seadanya si bapak mau berbagi makanan dengan para kucing di sini.

Oh ya, saya lupa nanya nama si bapak. Tapi, saat memotret tentu sudah ijin kok. Mudah-mudahan rejekinya lancar ya pak ...


Sebelahan dengan Difabis, ada kedai kue yang juga menerapkan program kue gratis. Asli pengen sekali beli di sini. Sayangnya, sore pas mampir mereka sudah tutup. Kata mimin IG Difabis, penjaganya hari itu sedang gak enak badan. Normalnya, buka sampai pukul tujuh malam.


Janji, lain kali saya pasti bakal mampir ke sini dan jajan cheese cake-nya!


Share on Google Plus

About e-no si nagacentil

Cerdas, ceriaa, centil
    Blogger Comment

2 comments:

Zam said...

semoga suatu saat bisa ke sini!

nagacentil said...

Amin! Jangan lupa jajan kuenya juga ya, enak!