Nge-Jakarta! Bareng GoodReads Indonesia

Postingan pertama 2013! *nunduk malu*

Memperlebar jaringan pertemanan dan lingkaran gahul, Minggu sore saya meluncur ke sebuah kafe mungil di kawasan Sabang. Agak nyempil memang, tapi signboard dengan warna merah membara cukup membantu mengenali kafe yang ternyata baru berumur tujuh bulan itu. Atmosfir kafe D'Marco ini langsung mengingatkan saya pada suasana di kafe-kafe sejenis yang banyak sekali bertebaran di Semarang. Mungil, dan sangat welcome pada komunitas buat beraktivitas. Well, sore itu D'Marco memang di-booking Good Reads Indonesia yang merupakan kumpulan pecinta buku dan member Good Reads untuk wilayah Indonesia. Komunitas yang sudah lama sekali saya kenal tapi baru sempet ikutan kopdar lagi pasca pengembaraan saya di Semarang hag hag hag...

Kumpul-kumpul sore bareng GRI kali ini istimewa karena tamu yang hadir jauh-jauh datang dari Eropa buat mengupas buku terbarunya bareng. OK, ini lebay. Yang betul. Christophe Thomson alias Chris yang di twitter dikenal sebagai @thomsonchris ini memang berdarah Inggris-Perancis tapi sudah lumayan lama bermukim di Indonesia dan menelurkan satu novel dengan judul Jakarta!


Gaung Jakarta! sudah lama saya dengar tapi sama sekali nggak terbayang kalau novel perdana pria berusia 30 tahun ini mengambil tema petualangan seorang pembunuh bayaran bernama Edwin. Eh, wow! Kalau biasanya para bule lebih senang menggambarkan kisah romansa atau keindahan nusantara, maka Jakarta! justru memaparkan perjalanan Edwin di berbagai kota di seluruh dunia termasuk Jakarta. Chris sendiri mengakui, sebagian besar isi novel adalah pengalaman pribadinya lho *langsung berharap profesi pembunuh bayaran bukan bagian dari Chris yang tercatat dalam novel ini*.

Terus terang saya belum baca novelnya, dan kemarin sempat mengintip sedikit dari buku setebal 376 halaman tersebut. Chris menulis novel ini dalam bahasa Inggris dan kemudian diterjemahkan oleh penerbit. Jadi, no wonder kalau kita serasa membaca novel terjemahan khas Gramedia hehehe... Apa pun, apresiasi buat Chris yang bukan berprofesi penulis hingga dapat menghasilkan sebuah karya fiksi dengan genre petualangan. Nggak gampang lho, sungguh!

Obrolan selama dua jam tersebut rasanya bukan cuma tentang buku dan diri Chris, meluas pada cara pandang seorang "bule" yang jatuh cinta pada negeri ini meski banyak label buruk disematkan pada Indonesia. Untuk kesekian kalinya, kita musti berkaca lagi gimana membangun optimisme pada negara besar bernama Indonesia. Pandangan politik serta prediksi pria Eropa ini, sedikit banyak ikut menggelitik kebangsaan kita yang lagi lucu-lucunya ini. Saya sih, optimis banget anak-anak muda Indonesia masih banyak yang care sama negerinya. 

BTW buat yang doyan baca dan ingin memperluas jejaring sambil cari jodoh, nggak ada salahnya ikutan kopdar-kopdar GRI deh. Info kopdar berikutnya update terus di twitter @bacaituseru kok, follow ya!

Foto hasil sumbangan @21pu3
 
Share on Google Plus

About e-no si nagacentil

Cerdas, ceriaa, centil
    Blogger Comment

6 comments:

warm said...

gutrits :| saya malu mengingat target bacaan yg melenceng jauh taun tadi :))

dan itu pertemuannya keren , lama gak kopdaran kyk gitu, saya jg ga pernah kopdar ama sampeyan *hlah*

dan ah sematan apapun terhadap negeri ini, saya terlanjur cinta banget ama INdonesia :D

e-no si nagacentil said...

@Warm sama, udah lama sekali gak baca buku rasanya langsung maluw

Ceritaeka said...

Aku gak dateng :( sedih

Oom Yahya said...

Aku sudah makin jarang ke Semarang ...

e-no si nagacentil said...

@Eka kamoh kan cibuk cekalih...

Abah said...

Oke, semoga bisa ikutan :D