Masih Ada Orang Baik Di Jakarta


Jalan Thamrin suatu malam di tahun 2007…

Dalam perjalanan menuju Palembang nyaris saya kehilangan sebuah laptop dalam ransel besar yang tertinggal di dalam bajaj. Bajaj bukan taksi, di mana kita bisa mencatat nomor taksi dan melaporkannya pada operator taksi dan dalam hitungan hari sebuah surat pernyataan salut akan kejujuran supir taksi menghiasi majalah khusus perusahaan taksi tersebut. Karena itu, terbayang betapa paniknya saya menyadari benda berharga itu lenyap. Setengah berharap, saya datangi pangkalan taksi di sisi Sarinah Thamrin. Beruntung, kawanan sopir bajaj yang mangkal di sana mengenal baik sopir bajaj yang membawa tas backpack saya. Melalui sebuah perjalanan panjang dan penuh keajaiban *sampai malam ini masih sangat saya syukuri*, laptop tersebut kembali ke pelukan saya dengan selamat. Lewat kejujuran dan kebaikan hati supir bajaj, Tuhan menunjukkan kebesarannya ..

Bintaro sektor tiga, 2006

Seorang ibu paruh baya menampung pemulung di rumahnya untuk belajar baca tulis dan berhitung gratis. Bukan hanya itu, setiap anak mendapatkan "uang saku" berupa gelas bekas air mineral dan kardus sebagai ganti waktu mereka yang "terbuang" di kursi belajar. Di bulan Ramadhan, saya dan teman-teman berinisiatif membagi paket lebaran untuk orang tua siswa pemulung itu dan melihat langsung keakraban yang terjalin antara ibu pengelola sekolah pemulung dan para orang tua. Tanpa sekat suku, apalagi agama. Belakangan, saya melihat ibu berhati malaikat itu dalam tayangan televisi Kick Andy. Sayang, sang ibu telah berpulang dan selepas kepergian saya dari Jakarta Depok saya tidak pernah mendengar lagi kelanjutan sekolah pemulung itu...

Depok, Juli 2005

Usai menghadiri sebuah pesta pernikahan seorang 'sahabat', saya mendapati segaris luka di hati. Bukan karena sahabat saya itu meninggalkan saya dalam kejombloan. Tapi, sambutan yang kurang menyenangkan disajikan ketika saya dan teman lain datang ke pesta terlalu sore. "Sahabat" saya itu menganggap saya mustinya mendahului pestanya ketimbang perhelatan lain di hari itu. Dengan luka berdarah, saya mengirim pesan singkat ke teman lain. Selang beberapa detik sang teman menelpon saya untuk membesarkan hati...

Orang bilang, ibu kota itu kejam. Tapi, di tengah bengisnya belantara Jakarta saya masih menemukan banyak sosok yang tidak bosan untuk menjadi orang baik ...

Image source: inmagine.com

Share on Google Plus

About e-no si nagacentil

Cerdas, ceriaa, centil
    Blogger Comment

6 comments:

Anonymous said...

Yes... agree... masih banyak orang baik di Jakarta

warm said...

ga cuma di jakarta, di muka bumi ini masih banyak kok orang baik, saya yakini itu

tp cerita di atas itu emang keren :)

arya said...

Gak sedramatis ceritamu, tapi aku nulis juga soal orang baik di Jakarta di sini: http://id.berita.yahoo.com/blogs/newsroom-blog/masih-ada-orang-baik-di-jakarta.html

e-no si nagacentil said...

@Ivan baru bales komennya deh, iya. Sejak kejadian ini aku jadi mikir, marah emang bikin susah yah. Bersyukur supir bajaj itu gak rakus dan lalu kabur bawa laptop dan benda2 pentingnya. Kalo enggak, bisa2 langsung abis karirku 8')

e-no si nagacentil said...

@warm alhamdulillaah

e-no si nagacentil said...

@arya hehehe iya, kalo inget kejadian malam itu betul2 miracle. Bajaj lebih susah dilacak ketimbang taksi, tapi hati supir bajaj yang baik membantu menyelamatkan hidupku. Halah... drama